Sabtu, 16 Februari 2013

ASAL-USUL DUSUN DANGEAN

Aku tinggal di Dusun Dangean, Desa Gulon, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.  Sebuah dusun kecil di tepi Sungai Blongkeng yang memisahkan Kecamatan Salam dengan Kecamatan Muntilan. Letaknya yang di dekat kota membuat dusunku ini ramai oleh pendatang. Banyak pendatang yang berasal dari Jawa Barat, Madura, Solo dll. Termasuk keluargaku, kakekku berasal dari Ciamis, Jawa Barat sedangkan nenekku berasal dari Gunungkidul, DIY. Hal ini yang membuat keragaman di Dangean.
Dusun ini memiliki asal-usul yang menarik. Asal-usul ini ada kaitannya dengan Perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro dari Yogyakarta. Berikut ini asal-usul Dusun Dangean.
Dahulu kala “Perang Jawa” atau yang disebut juga “Perang Diponegoro” yang dipimpin langsung oleh Pangeran Diponegoro sedang berkecamuk. Perang yang berlangsung sekitar tahun 1625-1630 ini sedang memanas. Pangeran Diponegoro memimpin pasukannya melawan penjajah Belanda yang semena-mena dan serakah ingin menguasai seluruh kerajaan yang ada di nusantara terutama Kerajaan Mataram.
Sekitar  tahun 1630 Pangeran Diponegoro diajak berunding dengan Pemerintah Kolonial Belanda di Magelang. Pangeran Diponegoro menyanggupi permintaan Pemerintah Kolonial Belanda itu. Pangeran Diponegoro bersama pasukannya berangkat menuju Magelang dari Yogyakarta.
Saat di tengah-tengah perjalanan Pangeran Diponegoro kehabisan perbekalan terutama air minum. Akhirnya, mereka memutuskan untuk singgah di sebuah tempat untuk  mendapat perbekalan dan air minum. Mereka tiba di suatu wilayah di tepi sungai dan memutuskan untuk beristirahat dan mencari air.
Pangeran Diponegoro duduk di bawah sebuah pohon lalu mengeluarkan kerisnya. Keris tersebut ditancapkannya ke tanah. Tiba-tiba keluar air dari dalam tanah. Air yang keluar tersebut cukup banyak sehingga membentuk tiga buah  kolam kecil yang airnya tidak akan kering meski musim kemarau.
Pangeran  Diponegoro mengambil air dari mata air itu secukupnya. Setelah mendapat air Pangeran Diponegoro dan pasukannya melanjutkan perjalanannya menuju Magelang. Sebelum pergi melanjutkan perjalanan, Pangeran Diponegoro sempat memberikan nama untuk mata air tersebut. Pangeran Diponegoro memberi nama “SENDANG NGENGEAN” atau yang dalam Bahasa Indonesia berarti mata air pemberian. Lalu nama itu berubah menjadi “ DANGEAN”.
Sampai saat ini mata air tersebut masih menjadi sumber air di dusunku. Dan benar saja setiap musim kemarau mata air tersebut tidak kering. Begitulah kisah tentang asal-usul nama dusunku. Menarik bukan?

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Letak sendangnya dimana

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.